17 October 2022
Weekly Market Review (17 Oktober 2022) - What happened and What's Next (Apa yang terjadi dan apa selanjutnya)
Market update
- Indeks global kembali melemah setelah sempat bangkit pada pekan sebelumnya, terutama setelah investor mencerna kembali adanya tekanan inflasi. Indeks S&P 500 menurun sebesar -1,6%WoW dan indeks MSCI Asia ex-Japan juga menurun sebesar -4,2%WoW. Pada rilis catatan pertemuan FOMC pada September, Fed masih terlihat hawkish dengan fokus untuk menurunkan inflasi. Terlebih dari pernyataan beberapa pejabat Fed seperti “cost of taking too little action to bring down inflation likely outweighed the cost of taking too much action.” yang berarti biaya aksi kebijakan yang ‘terlalu sedikit’ untuk menurunkan inflasi, kemungkinan lebih besar daripada biaya mengambil tindakan ‘terlalu banyak’. Sehingga, kemungkinan sangat besar untuk Fed kembali menaikkan Fed Fund Rate sebesar 75bps pada pertemuan November mendatang. Tekanan mata uang di negara-negara EM juga kembali meingkat seiring menguatnya dollar Amerika Serikat. Selain itu, volatilitas global juga meningkat terlihat dari kenaikan Credit Default Swap secara mayoritas terjadi di berbagai negara. Di sisi lain, Xi Jinping tampil di Kongres ke-20 China, sembari menyinggung tantangan utama dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang belum ada indikasi pelonggaran kebijakan pembatasan secara langsung. Pada sisi domestik, IHSG juga tercatat penurunan sebesar -3.0%WoW. Pergerakan sektor hampir semuanya serentak berada di teritori negatif, kecuali sektor Consumer Non-Cyclical yang tidak berubah/flat. Sedangkan penurunan terbesar tercatat pada sektor Teknologi sebesar -8,5%WoW diikuti sektor Infrastruktur sebesar -4.3%WoW. Berita yang perlu diikuti minggu ini adalah: US initial jobless claim, existing home sales; China GDP, retail sales, industrial production; Indonesia BI 7DRRR (Rapat Dewan Gubernur BI), neraca perdagangan
- Rupiah kembali melemah sebesar 1,1%WoW sebesar IDR 15.423, sejalan dengan mata uang negara EM lainnya. Di sisi lain, DXY tetap menguat sebesar +0,5%WoW menjadi 113,3.
- Harga perdagangan SUN pada turun pada minggu ini bersamaan dengan market global. SUN 10tahun berada pada level 7,24-7,39% dan berada pada level 7,35% pada penutupan.
- Permintaan SUN pada lelang konvensional pada hari Selasa kemarin turun menjadi hanya IDR15 triliun, atau jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pemintaan lelang SUN sebelumnya yang mencapai IDR23,5triliun. Semua seri yang terdapat pada lelang mengalamin penurunan permintaan, tapi untuk seri 10 tahun (FR96) masih mencatatkan permintaan tertinggi mencapai IDR6.8triliun atau 45,2% dari total permintaan lelang yang masuk. Pemerintah akhirnya menyerap IDR8,2 triliun dan tidak mengadakan lelang tambahan atau GSO untuk memenuhi target lelang sebesar IDR10,7 triliun.
- Berdasarkan data DMO per tanggal 12 Oct 2022, total kepemilikan asing untuk SBN mencapai IDR723,28 triliun atau 14,18%.
- Harga UST Treasury mengalami penurunan pasca rilis data CPI yang masih lebih tinggi dari consensus pasar. Imbah hasil (yield) AS 10 tahun mencapai 4% pada akhir perdagangan atau naik 11bps secara mingguan. Selain itu, yield curve inversion berlanjut dengan imbah hasil (yield) AS 2 tahun mencapai 4,48% atau naik 18bps dan merupakan angka tertinggi sepanjang 15 tahun.
Global news
- Data inflasi tahunan Amerika Serikat (annual Headline CPI) pada September tercatat meningkat sebesar +8,2%yoy lebih tinggi dibanding proyeksi konsensus sebesar +8,1%yoy, tapi lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya sebesar +8,3%yoy. Sedangkan, data inflasi inti (core CPI) meningkat sebesar +6,6%yoy (sebelumnya +6,3%yoy dan ekspektasi pasar +6,5%yoy), tertinggi semenjak Agustus 1982 dan mengindikasikan masih adanya tekanan inflasi yang besar.
- Data jumlah masyarakat Amerika Serikat yang mengajukan klaim baru untuk pengangguran (initial jobless claim) meningkat sebesar 9 ribu ke level 228 ribu dalam pekan yang berakhir pada 8 Oktober. Angka ini melampaui ekspektasi 225ribu, mengindikasikan adanya pelonggaran dalam pasar tenaga kerja.
- Data perdagangan ritel (retail sales) Amerika Serikat tidak berubah pada September, meleset dari ekspektasi pasar yang seharusnya meningkat sebesar 0,2%. Hal ini dikarenakan inflasi yang tinggi dan meningkatnya biaya pinjaman, memukul permintaan konsumen.
- Data Inflasi tahunan China (annual headlie CPI) naik sebesar +2,8% yoy pada September dari 2,5% pada bulan sebelumnya, walaupun sedikit lebih rendah dari konsensus pasar (yaitu +2,9%yoy). Meski begitu, ini adalah angka tertinggi sejak April 2020, terutama karena lonjakan tajam dalam biaya makanan.
Domestic News
- Surplus perdagangan Indonesia tercatat sebesar USD 4,99 miliar pada September, melebihi estimasi pasar sebesar USD 4,8 miliar walaupun menurun dari bulan sebelumnya sebesar USD 5,7miliar. Ekspor tumbuh sebesar +20%yoy melambat dibanding Agustus (+30%yoy) seiring normalisasi harga di beberapa komoditas. Sementara impor tumbuh +22% YoY, juga melambat dari Agustus (+33%yoy), karena adanya penurunan barang konsumsi pasca kenaikan harga BBM.
- Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September tercatat sebesar 117,2. Bank Indonesia masih melihat optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga atau tetap berada pada level optimis (indeks >100), walaupun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 124,7.
- Kinerja sektor Industri Pengolahan triwulan III 2022 terindikasi tetap berada pada fase ekspansi, tercermin dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI–BI) triwulan III 2022 sebesar 53,71% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%), meningkat dari 53,61% pada triwulan sebelumnya.
- Dalam survey penjualan ritel (retail sales) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, menunjukkan Indeks Penjualan Riil (IPR) September tumbuh +5,5% yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar +4,9%yoy, ditopang oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, perbaikan penjualan Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, serta Kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi.
Calendar
October 2022
EM Equities Net Foreign Flow