13 March 2023
Weekly Market Review (13 Maret 2023) - What happened and What's Next (Apa yang terjadi dan apa selanjutnya)
Market update
- Indeks global ditutup melemah minggu lalu dengan S&P500 dan Dow Jones masing-masing turun -4,5% dan -4,4% WoW. Fokus investor minggu lalu terpusat pada komentar hawkish Powell pada acara semi-annual congressional testimony dimana dia menyatakan bahwa the Fed siap untuk mempercepat laju kenaikan suku bunga apabila dibutuhkan meskipun keputusan akan tetap bergantung kepada data ekonomi AS. Komentar Powell menyebabkan naiknya probabilitas kenaikan tingkat suku bunga sebesar 50 bps di pertemuan Fed bulan ini. Namun probabilitas sudah turun signifikan di akhir minggu lalu setelah berita akan kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) muncul. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran baru pada investor apakah akan ada contagion effect kepada ekonomi. Sementara data non-farm payroll (NFP) AS menunjukkan hasil yang beragam dimana pertambahan pekerjaan berada di atas ekspektasi konsensus, pertumbuhan upah lebih rendah dari konsensus dan tingat pengangguran menunjukkan kenaikan. Dari segi domestik, IHSG kembali mengalami pelemahan sebesar -0,7%WoW sejalan dengan pergerakan indeks global. Seluruh sektor berada di zona merah namun sektor yang mengalami penurunan terendah adalah sektor consumer non-cyclicals, turun -0,5% WoW. Sementara sektor yang mengalami pelemahan terbesar adalah basic material turun -3,4% WoW. Berita yang perlu diikuti minggu ini adalah: US CPI, US PPI, US retail sales, US initial jobless claims, US industrial production, CN retail sales, CN industrial production, ID trade balance dan ID BI 7 days RRR.
- Rupiah kembali mengalami pelemahan sebesar -1,0% WoW ke level IDR15.450, mencatat kinerja yang lebih buruk dibandingkan dengan rata-rata mata uang EM lainnya. Sementara indeks DXY sedikit menguat sebesar +0,1% WoW ke level 104,58.
- Pasar SBN bergerak melemah di minggu lalu didorong pernyataan The Fed yang hawkish yang akan meningkatkan suku bunga lebih cepat dari yang diantisipasi. Yield SBN bergerak, dengan tenor 10 tahun naik menembus 7% dan level tertinggi 7.05%, masih moderat karana adanya dukungan investor lokal. Pada akhir minggu, tenor 10 tahun berada pada 6.92% (-3bps WoW).
- Total penawaran yang masuk dalam lelang sukuk hari Selasa melambat menjadi IDR20tn dibandingkan dengan penawaran yang masuk sebelumnya di IDR 30,4tn. Permintaan masih didominasi pada PBS36 (tenor 2 tahun) mencapai IDR 9,3 triliun atau 46,7% dari total penawaran yang masuk. Sejalan dengan melambatnya penawaran yang masuk, pemerintah memutuskan untuk menerbitkan IDR11 triliun atau lebih rendah dari target awal IDR 14 triliun.
- Berdasarkan data DJPPR per tanggal 8 Mar 2023, total kepemilikan asing di SBN mencapai IDR798,05 triliun atau 14,65%.
- UST Yield bergerak menguat minggu ini meskipun Fed menyatakan adanya siklus kenaikan suku bunga yang lebih lama. Hal ini sebagian besar didorong oleh aliran safe-haven terkait dengan meningkatnya risiko resesi dan ketakutan atas dampak dari penutupan Silicon Valley Bank. Pada akhir minggu, UST 10 tahun dilaporkan sebesar 3,70% (-27bps WoW). Sementara imbal hasil treasury 2 tahun turun signifikan setelah menyentuh level tertinggi minggu ini di 5,05% sebelum turun ke 4,60% (-26bps WoW).
Global news
- Factory order AS di bulan Januari masih naik +1,6% MoM, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi konsensus sebesar -1,8% MoM tetapi agak menurun dari bulan sebelumnya yang sebesar +1,8% MoM.
- NFP AS menunjukkan pertambahan pekerjaan di bulan Februari sebesar 311k, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi sebesar 225k. Sebaliknya rata-rata upah per jam pekerja AS hanya naik +0,2% MoM, jauh dibawah angka konsensus sebesar +0,4% MoM.
- Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran sebesar 211k, naik dari minggu sebelumnya yang sebesar 190k dan lebih tinggi daripada ekspektasi konsensus sebesar 195k.
Domestic News
- Beradasarkan survei Bank Indonesia (BI), penjualan ritel Indonesia di bulan Februari turun -1,4 MoM meskipun masih bertumbuh +2,6% YoY. Penjualan ritel kembali mengalami penurunan setalah turun -0,6% MoM di bulan Januari.
- Indeks keyakinan konsumen sedikit menurun ke level 122,4 di bulan Februari dari 123 di bulan sebelumnya. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kenaikan inflasi pangan dari 5,7% ke 7,6%.
- Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari mencapai USD 140,3 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Januari sebesar USD 139,4 miliar. Peningkatan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Calendar
Maret 2023
EM Equities Net Foreign Flow